Kamis, 06 November 2014

Pendakian Gunung Cikuray "30-31 Oktober 2014"


Pada pagi ini, aku menulis dalam sebuah catatan kecil sebuah pengalaman berharga yang tak akan akan pernah terlupakan, pengalaman yang berharga, penuh perjuangan untuk mencapainya, butuh waktu sampai tujuan, dan ketika sampai di tempat yang di impikan barulah terbayar rasa lelah yang saat di perjalanan yang penuh rintangan. Pada kali ini saya akan berbagi pengalaman saat pendakian ke gunung Cikuray bersama teman-teman kuliah, sebetulnya pendakian ini adalah bukan yang pertama kalinya, sebelumnya aku pernah mendaki beberapa gunung yang ada di kota Garut tercinta, diantaranya pertama kalinya aku mendaki gunung Papandayan 2.665 Mdpl, yang kedua gunung Guntur 2.249 Mdpl, dan ini kali ketiganya aku mendaki puncak tertinggi di Kota Garut, yaitu Gunung Cikuray dengan ketinggian 2.812 Mdpl. Meskipun saya sebagai pendaki pemula yang belum begitu banyak pengalaman pendakian, jika dibandingkan dengan teman-teman saya yang lainnya sudah berpetualang mendaki gunung-gunung terkenal seperti Rinjani, Mahameru, Ciremai, dan lain sebagainya, tapi aku meras puas dengan pengalaman yang aku dapatkan selama seahun ini sudah tiga gunung yang terkenal di kota Garut, tiga gunung tertinggi di Garut, sudah aku berdiri di puncak gunung tersebut dengan bangga bisa mencapai puncak dan butuh perjuangan yang melelahkan.

Kita kembali ke cerita pendakian gunung Cikuray tadi, awalnya aku dan teman-teman berencana untuk mendaki gunung Cikuray jauh-jauh hari sebelumnya, tadinya aku mau mendaki disaat moment hari-hari tertentu seperti Sumpah Pemuda 28 Oktober beberapa waktu lalu, namun ada beberapa hal sehingga kami tidak jadi mendaki pada moment tersebut, akhirnya kami berencana untuk mendaki pada tanggal 30-31 Oktober 2014, fix kita prepar peralatan untuk mendaki, kami mempersiapkan waktu keberangkatan, hal-hal teknis lainnya seperti keril, makanan, tenda, matras, pakaian, obat-obatan dan lain sebagainya. Setelah semunya lengkap, aku dan 4 teman saya berngkat jam 8 pagi menuju rumah teman saya yang tahu trek pendakian gunung Cikuray, karena kami belum tau treknya seperti apa dan jalan menuju pos pertama pun kami belum tahu, akhirnya teman saya yang sudah melalang lintang yang sudah berpengalaman jauh dari saya soal pendakian ke beberapa gunung-gunung terkenal lainnya, kami pun diberi petunjuk untuk mendaki ke Gunung Cikuray, kami pun siap menuju pos pertama di Desa Pamalayan untuk melakukan registrasi, kami mulai berjalan menyusuri perkebunan yang menghampar luas, dari kebun sayuran, kopi dan tanaman lainnya, kami berangkat pukul 10.30 pagi dengan cuaca berkabut, selama perjalanan kami merasa lelah dan tiap beberapa meter kami istirahat untuk mengumpulkan stamaina, kemudian lanjut kami pu berjalan dan mulai memasuki pos 2 dengan pepohonan yang tidak begitu lebat, dan menuju pos selanjutnya kami pun melewati hutan lebat dengan pohon-pohon besar, tinggi, dan berlumut, sangat eksotis dan sejuk dipandang mata, jauh dari hiruk piku kota, singkat cerita setelah hapmir di tengah hutan kami pun membuka perbekalan untuk makan, setelah beberapa kali lelah dan istirahat akhirnya sampai puncak Cikuray yang kudambakan pulul setengan 4 sore, rasa lelah pun terbayar sesampainya dipuncak dengan lama pendakian 6 jam dari pos pertama, kami pun menikmati pemandangan di atas puncak dan menaiki bangunan yang ada di puncak, tak lupa untuk mengabadikan moment tersebut dengan berfoto bersama teman-teman. Dan kami pun mendirikan tenda, masak, solat, dan ngobrol-ngobrol sambil menikmati sunset yang indah.

Malam harinya kita membuka perbekalan, masak-masak, ngobrol dan menikmati malam indah di puncak tertinggi di kota Garut tersebut, malam semakin dingin kami pun memutuskan untuk masuk tenda dan tidur, namun aku dan beberpa teman aku tidak bisa tidur karena tenda yang seharusnya kapasitas 4 orang terpaksa harus diisi dengan 5 orang, jadi tidur pun berdesakan, puku sebelas malam aku sengaja keluar tenda untuk melihat pemandangan city light kota Garut dengan cahaya lampu yang indah, sambil menikmati secangkir susu panas.

Malam semakin dingin, dan aku dan teman kembali masuk tenda dan tidur, meskipun semalaman tidak bisa tidur nyenyak, subuh kami pun terbangun denga semangat, kami puntidak lupa untuk solat subuh, dan menanti sunrise yang indah, tak lupa moment tersebut kami abadikan dengan berfoto-foto, sudah puas berfoto, kami pun masak untuk sarapan, dan jam 8 pagi siap untuk pulang, sepanjang perjalanan kami pun merasa lelah dan mulai membuka sisa perbekalan untuk menambah tenaga supaya kuat sampai tujuan, tidak terasa 5 jam perjalanan sampai di pos pertama kemarin, dan kami pun sampai di tempat tujuan masing-masing.

Pengalaman yang seru, bersama Aku (Herman), Zam Zam, Uus, Diki, Wildan mendaki gunung Cikuray. Sampai jumpa di cerita selanjutnya. Sampai jumapa lain waktu.


Selasa, 02 September 2014

Membuang Waktu Luang Menjadi Bermakna





https://www.google.co.id/search?biw=1024&bih=473&tbm=isch&sa=1&q=membuang+waktu




Assalamualaikum, Sahabat.
Pada kesempatan kali ini, Saya akan berbagi ilmu untuk menambah khazanah pengetahuan kita, terutama ilmu-ilmu agama yang akan menjadi tuntunan kita selama hidup d dunia dan bekal kita kelak di akhirat.
Pembahasan kita kali ini tentang Membuang Waktu Luang Menjadi Bermakna.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda:
“Kesehatan dan kelonggaran merupakan dua nikmat Allah yang mana manusia seringkali terpedaya.” (HR. Ahmad).
Keterangan:
Usia kehidupan manusia memang tidak panjang. Jarang sekali manusia hidup melebihi usia seratus tahun. Kisaran usia manusianormal sekitar enam puluh sampai tujuh puluh tahun. Kalaupun lebih dari itu, tidak lebih dari sebuah “bonus” yang dianugerahkan Allahkepada yang bersangkutan.
Berkaca pada pendekatan tempo hidup manusia, tentu sangat tidak bijak kalau waktu hidupnya hanya dihabiskan pada kegiatan yang tidak bermanfaat. Peringatan Rasulullah SAW seakan menghentakkan kesadaran kita tentang betapa seringnya kita membiarkan waktu berlalu tanpa perbuatan bermakna. Seringkali kita tidak melihat kesempatan dalam setiap waktu longgar. Padahal, banyak sekali waktu luang yang terbuang percuma gara-gara tidak kita hiasi dengan ragam tindakan yang bisa menjadi bekal dalam kehidupan duniawi maupun ukhrawi.
Usia muda sebagai usia paling produktif dalam rentang waktu perjalanan manusia merupakan wadah yang harusnya dikucuri dengan selaksa aktivitas positif. Rugi kiranya kalau masa muda lenyap begitu saja tanpa menghimpun bekal sebanyak-banyaknya guna kehidupan di hari tua ataupun kehidupan pasca kematian.
Sesungguhnya usia muda adalah usia untuk belajar, tentunya setiap waktu dan kesempatan perlu dimanfaatkan dengan belajar. Belajar apa saja yang bebrguna. Dengan belajar, horison pengetahuan akan semakin luas. Dengan belajar, mozaik kesadaran kian beragam. Belajar merupakan “persenjataan” diri untuk mengarungi masa-masa berikutnya.
Sahabat, demikian pembahasan kita dalam kesempatan kali ini, semoga apa yang Saya sampaikan di atas, dapat menambah wawasan baru untuk menjalani hidup yang bermkna dan berguna. Amin.
Wassalam'ualaikum.


Sumber :
40 HADITS SHAHIH
Muda Mudi yang Discintai Nabi
Alaik S.
Pustaka Pesantren, 2011.

Minggu, 31 Agustus 2014

Menimba Ilmu


 https://www.google.co.id/search?q=gambar+menimba+ilmu&tbm
Dari anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang berangkat menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai pulang." (HR. at-Tirmidzi) Keterangan: Salahsatu biang keladi kelemahan unat Islam di masa modern ini adalah minimnya khazanah pengetahuan yang mereka kuasai. Umat Islam cenderung malas merebut harga berharga" ini sebagai bekal menggapai kemajuan. Padahal Islam sangat jelas menganjurkan bahkan mewajibkan setiap orang untuk berpetualang mencari ilmu. Masa muda merupakan masa paling tepat untuk menuntut ilmu. Sebab dimasa itulah setiap manusia mengalami "masa kejayaan". Tanpa menghiasi masa muda dengan menimba ilmu, maka ia ibarat sebatang pohon yang tidak disirami air dan disemai pupuk; dia akan layu. Demikian pula dengan otak yang perlu disegarkan dan diasah agar lebih tajam untuk menyerap ilmu. Segudang keutamaan disiapkan bagi siapa saja yang berminat untuk belajar. Allah tidak segan-segan "mengobral" pahala kepada setiap penuntut ilmu. Banyak sekali riwayat yang mengisyaratkan keagungan pencari ilmu. Sebab, dengan ilmu bisa dibangun kemaslahatan umat manusia di dunia dan akhirat. bahkan dalam hadist di atas, disebutkan setiap langkah mencari ilmu disejajarkan pahalanya dengan setiap ayunan langkah berperang di jalan Allah. Dalam islam tidak ada pembatasan ruang lingkup ilmu yang mesSemua ilmu bermanfaat untuk meningkatkan harkat dan memuluskan jalan manusia menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat wajib dkaji. Dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum sudah tidak berlaku lag. Ilmu agama tidak lebih tinggi tingkatannyadibandingkan ilmu umum, begitu pulaa sebaliknya.Sebab, pedoman yang hakiki adalah niat. semakin tulus niat, semakin tinggi kualitas ilmunya. Mencari ilmu agama pun jika pamrihnya adalah duniawimaka akan menurunkan derajat ilmu tersebut. Sebaliknya, mencerap ilmu umum pun kalau dilandasi niat mencari ridha Allah tentu akan mengangkat derajat ilmu tersebut.

Sumber : 40 HADITS SHAHIH
Muda Mudi yang Dicintai Nabi
Alaik S.
Pustaka Pesantren 2011

Selasa, 26 Agustus 2014

Gunung Guntur Garut




(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Guntur)

Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan hiking yang sangat mengesankan dan memberikan pengalaman yang tak akan pernah lupa. Kali ini saya bercerita tentang pendakian ke Gunung Guntur Garut, GunungGuntur adalah sebuah gunung yang terdapat di wilayah barat Garut, Jawa Barat, dengan ketinggian 2.249 meter dpl.
Gunung Guntur terletak di lokasi geografi : 07 derajat 08'30" LS dan 107 derajat 20' BT.
Gunung Guntur merupakan salah satu gunung berapi paling aktif pada dekade 1800-an. Tapi sejak itu aktivitasnya kembali menurun. Erupsi Gunung Guntur pada umumnya disertai dengan lelehan lava, lapili dan objek material lainnya.
Erupsi Gunung Guntur yang tercatat adalah pada tahun 1847, 1843, 1841, 1840, 1836, 1834-35, 1833, 1832, 1832, 1829, 1828, 1827, 1825, 1818, 1816, 1815, 1809, 1807, 1803, 1800, 1780, 1777, 1690.
Awalnya waktu itu saya hanya di ajak teman, katanya ia dan temannya akan mendaki Gunung Guntur untuk merayakan HUT RI disana, awalnya aku kurang antusias, karena kondisi badan saya lagi kurang fit dan belum persiapan sebelumnya, akhirnya teman saya yang satunya lagi malam-malam sms saya, katanya kita harus jadi berangkat, ya udah saya persiapan seadanya dan mengajak beberapa sahabat-sahabat saya, keesokan harinya aku dan temanku mencari-cari tenda karena belum ada, nyari sana-situ akhirnya jurus terakhir kami hanya bisa nyewa ke tempat penyewaan alat-alat hiking diantaranya tenda, kebetulan teman saya ada yang baru pulang dari Gunung Guntur yaitu Sri dan adiknya, kebetulah aku sewa langsung ke tempat penyewaan tersebut. Malam harinya aku persiapan, kontekan sama teman gimana nih persiapan besok, perbekalan dan lainnya, akhirnya keesokan harinya aku mempersiapkan beberapa pakaian, alat-alat memasak, konsumsi, baju hangat, obat, dan semuanya harus lengkap, karena disana kan gak ada supermarket kalau sampai ada yang kurang mau nyari dimana... ya...meskipun disana kita banyak teman yang pastinya akan saling membantu dan memberi apa yang kurang, yang tidak ada pasti lah akan saling melengkapi.
Pagi tanggal 16 Agustus 2014, cuaca yang cerah menyambut kami untuk melakukan aktivitas yang akan sangat mengurah energi untuk bisa sampai ketempat tujuan nanti, Gunung Guntur.
Aku kontekan teman-teman yang akan ikut, namun diantaranya Uus tidak bisa ikut karena ada halangan yang membuat dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya tersebut, aku kontek lagi Wildan, katanya dia siap ikut meskipun dadakan dia sangat antusias sekali, oke fix... yang jadi ikut saya, Zam Zam dan Wildan. Wah, hanya bertiga? Gak ko, kami berangkat hanya bertiga namun masih banyak grup yang pada hari itu yang kebetulan merayakan HUT RI di Gunung Guntur.
Pagi itu, teman saya Zam Zam sudah datang ke tempat kost saya, dia cuman nitip tas nya saja, karena dia mau menghadiri acara perkawinan dulu katanya, memang rencana keberangkatan kita sepakat jam 2 siang, jadi masih banyak waktu untuk prepare, hari sudah siang, saya dan Wildan sudah nunggu di kosan beberapa waktu, sudah mempersiapkan perlengkapan yang harus dibawa, tepat pukul 13 lebih Zam Zam datang juga, kami pun siap untuk berangkat. Di perjalanan kami pun tak lupa untuk mendokumentasikan moment ini, karena kita berangkatnya siang cuaca cukup lumayan panas, kami pun berjalan sambil mencari warung makan untuk bekal di perjalanan atau tiba di puncak gunung jadi kita gak perlu lagi masak.
Kami berjalan dari tempat kost sampai Simpang Lima dan angkot jurusan Cipanas sudah menyambut, kami ppun langsung naik dan di perjalanan kami ngobrol-ngobrol sama ibu-ibu, yaaa.. dia baik sekali nanya kita mau kemana, dengan siapa, bahkan katanya hati-hati kalau sudah sampai disana, semoga tidak terjadi dengan hal-hal yang tidak si inginkan, amin, kata kami.
Tiba di Tarogong, kami turun dari angkot dan kami pun harus naik angkot lagi jurusan Tanjung, karena kita janjian sama teman yang ngajak katanya kita ketemu di SPBU Tanjung, ako, kami pun naik angkot jurusan Tanjung, tiba di SPBU Tanjung dan mencari teman saya, ternyata dia belum juga datang, padahal kita sudah on time jam 2, kami pun sambil mennggu mencari tempat berteduh karena cuaca semakin panas, sudah hampir setengah jam lebih kami menunggu, namun teman saya tak kunjung datang pula, saya pun bertanya kepada warga sekitar jarak yang ditempuh katanya masih jah, dan kebetulan saya bertemu dengan salahseorang yang akan mendai pula, di juga sama nungguin temannya dari Jakarta, ya.. daripada nunggu lama, akhirya dia pun gabung sama kami dan memutuskan untuk berangkat daripada nunggu teman saya yang belum tentu jam berapa tiba di lokasi, kebetulan Ikbal sudah tau treknya, jadi kita aman-aman saja gak takut nyasar.
Kami berjalan pelan sambil menunggu truk yang lewat agar bisa kami tumpangi dan sudah sekian lam jalan kaki, datang juga truk kosong yng akan mmbawa kami sampi ke Citiis, Alhamdulillah sekian lama perjalanan sampai juga di Citiis, kami pun menyusuri semak-semak dan disana ada air yang cukup lumayan untuk istirahat dan kami pun solat disana.
Nah, bagi para traveler yang akan mendaki Gunung Guntur, kalau dari Tanjung bisa langsung naik Truk pengangkut pasir, lumayan sampai Citiis, karena dari Citiis kita bisa memulai pendakian, kalau jalan kaki dari Tanjung ke Citiis lumayan jauh dan apalagi kalau berangkatnya siang atau sore hari, nantinya pas di trek pendakian bakal kemalaman, diusahakan berangkat pagi.
Ya, itu tips dari saya, kita lanjut ceritanya, Kami pun mengabadikan moment kita untuk berfoto-foto, dan sambil di perjalanan lumayan cukup menantang karena hanya jalan setapak dan tebing yang cukup lumayan curam. Kami dari Citiis kira-kira pukul 4 sore, tiba di pos volunter setengah 5 sore, kami pun mendata diri, dan melanjutkan perjalanan karena hari sudah mulai gelap, kita sudah memulai trek yang cukup menantang, menyusuri ilalang, waaa puncak bayangan sudah terlihat jelas, dan rasa lelah sudah terasa, kami pun berhenti sejenak untuk membuka perbekalan. Ternyata banyak diantara kita yang mendaki, saya tidak bisa membayangkan, rame juga apalagi nanti tiba di puncak, saya pikir gitu. Saya dan teman teman sudah mendaki di tebing yang menegangkan, waktu sudah terdengar adzan magrib, dan kami pun berhenti sejenak, hari sudah mulai gelap, kami melanjutkan pendakian dengan susah payah dan dari ata puncak banyak yang nyalain senter, wah luar biasa rame sekali, tak lupa kami melihat pemandangan kota Garut yang gemerlap dengan cahaya lampu di perkotaan, sungguh indah luar biasa. Saya dan teman saya yang lainnya berjalan merayap karena tebing yang ekstrim dan sekali lengah kita akan terpeleset, namun jangan khawatir banyak ilalang untuk pegangan saat berjalan, hari sudah sangat gelap dan trek yang kami lewati sudah samar-samar terlihat, untungnya banyak yang bawa senter dan aku pun pakai senter dari handphone, tak terasa berjalan merayan dari tebing akhirnya tiba di puncak 1 dan pemandangan pun terlihat jelas, banyak tenda , dan lampu-lampu bercahaya, kami menyusuri perkemahan untuk mencari tempat mendirikan tenda, akhirnya dapat pula di bawah puncak 2 disana pun banyak orang yang telah mendirikan tenda.
Setelah selesai mendirikan tenda, kami pun membuka perbekalan dan makan-makan, untuk mengganti tenaga yag sudah terkuras habis di tebing tadi. Karena di puncak tidak ada sumber air, maka kami pun sudah persiapan membawa beberapa botol air yang dibawa dari Citiis, kami pun harus tayamum untuk melaksanakan sholat.
Jam 9 malam, kami puntidur, namun semalaman kami tidak bisa tidur, tengah malam kami masak nasi saja dan tiba waktu subuh, kami sholat dan bergegas sarapan, dan juga berkemas membongkar tenda, perjalanan kami dilanjutkan menuji puncak 2, disana ada upacara pengibaran bendera, kabut menyelimuti puncak tersebut, kami mencari teman yang namanya Eka, namun gak ketemu juga, ah...dia yang ngajak, tapi kita gak ketemu juga. Waktu menunjukan pukul 7 pagi matahari sudah mulai muncul dan upacara dimulai, setelah kabut hulang, akhirnya puncak 3 mulai terlihat, kami pun penasaran jika tidak sampai puncak 3, akhirnya kami bareng yang lannya menuju puncak 3 yang lumayan cukup dekat dari puncak 2, waaaahhh...... tiba di puncak 3 kami disambut dengan awan kinton yang cukup indah, awan yang terlihat putih, lembut namun tebal, terlihat Gunung Papandayan, Gunung Cikurai, dan Gunung-Gunung lainnya. Serasa di negeri awan, perjalanan kemarin terbayar sudah dengan pemandangan yang memanjakan mata dan pikiran dari strress.
Kami pun tak lupa untuk berfoto-foto, karena di puncak 3 banyak sekali orang dari berbagai ras, suku, dan daerah, kami bisa berkenalan dan berkuka ria menyaksikan awan kointon yang sangat indah.
 
(Pemandangan dari puncak 3)

Waktu sudah pukul 9 kami pun sudah puas untuk menikmati keindahan di puncak 3, kami pun mulai turun dan mencari Eka yang dari kemari kami tinggalkan, eh, ketemu juga sama dia, dia camp di puncak 1 katanya nyampe jam 11 malam, kami pun makan-makan dulu di tempat camp Eka dengan kawan-kawannya, namun kami memilih untuk memasak mi instan di bawah pohon sambil tiduran, ternyata banyak juga yang mendaki gunung Guntur pas perayaan HUT RI 69, katanya ada sekitar 700 orang lebih, cukup puas dan tak akan terlupakan.
(di puncak 2)

Setelah kami makan-makan, dan tenaga sudah mulai terisi, kami meluncur untuk turun gunung dengan gulusuran dari atas sampai bawah, turun gunung hanya memakan waktu kurang lebih setengah jam, tiba di Citiis kami istirahat dan bersih-bersih karena banyak debu, kami pun melanjutkan perjalanan dan tiba di pertambangan pasir, kebetulan ada truk yang mengangkut para pendaki, kami pun ikut dan membayar ongkos. Tiba di Tanjung tempat kemarin kita nunggu, dankami pun pulang, selamat sampai tujuan. Perayaan 17 Agustus ke 69 ini menjadi kenangan terindah bersama teman temanku Zam Zam, Wildan, Eka, Ikbal, dan semua orang yang kenal di puncak Gunung Guntur.