Rabu, 04 Juni 2014

SEJARAH KABUPATEN GARUT

Rabu, 04 Juni 2014, 21:07 WIB



Sejarah Garut
                 Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendles dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit.
                 Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cumurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.
                 Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".
                 Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTP I, SLTP II, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan.
                 Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik. Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Kota Garut pada saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk. Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik.
                 Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).
                 Kondisi geografis wilayah kabupaten Garut terletak diantara: 60 57’ 34”-70 44’ 57” Lintang Selatan, 1070 24’ 33”-1080 7’ 34” Bujur Timur. Secara wilayah administrasi kabupaten Garut memiliki 42 Kecamatan, 403 Desa, dan 21 Kelurahan, memiliki luas wilayah 306.519 Ha (3.065,19 Km2). Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Barat Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung, batas Utara Kabupaten Sumedang dan Batas Selatan Samudera Indonesia garis sepanjang pantai 80 Km.

Sumber : DISBUDPAR KABUPATEN GARUT

Minggu, 01 Juni 2014

Skripsiku Penelitianku



01/06/2014 9:15:44


Akhir-akhir ini aku sedang kebingungan apa yang harus aku lakukan jawabannya mungkin aku harus tetap semangat dan terus mengejar impian dan cita-caitaku, ya.. memang benar, saat ini yang harus aku lakukan adalah tetap semangat walaupun banyak halang rintangan yang meti aku hadapi.
Berbicara soal skripsi, orang berpikir mungkin ah, itu sebuah syarat untuk mendapatkan gelar sarjana, dengan berkata MUDAH, tapi sebagian orang berpikir bahwa skripsi itu adalah hal yang SULIT,,, yaa.. semua ornag punya persepsinya masing-masing bagaimana mereka mempersepsinya.
Bagiku skripsi adalah hal yang memang ampang-gampang susah, kenapa? karena dikatakan gampang-gampang susah jika kita sungguh-sungguh memahami fenomena yang akan kita teliti, teori pendukung, biaya, sebab-akibat yang akan terjadi, jika semuanya itu sudah siap, maka bisa dilaksanakan dengan mudah, tetapi bagaimana dengan sebuah penelitian yang hanya ada-ada saja, tidak memikirkan jauh masalah yang akan diteliti, persiapan yang belum cukup, pemahaman teori yang akan kita gunakan kurang sesuai, maka penelitian itu munkain akan dilakukan secara berulang-ulang, kemungkinan menggati judul penelitian lain, mengganti, metode penelitian, bahkan yang lebih kecewa ketika kita sudah menyusun sebush proposal penelitian yang sudah hampir selesai, bimbingan ke dosen dan alhirnya harus diganti secara keseluruhan, tidak hanya itu saja metode yang digunkan sebelumnya harus dirubah dengan metode penelitian baru (Kuantitatif ke Kualitatif). Bagaimana tidak shok, proposal itu dikerjakan dengan penuh kesabaran, kerja keras, pergi sana situ mencari referensi, kurang tidur, ngeprint proposal yang biayanya cukup lumayan menguras uang jajan, dengan hati pasrah dosen pembimbing menyuruh untuk mengubah penelitian itu, apa yang terjadi jika hal itu terjadi pada sobat-sobat semua? Tak perlu dijawab, pasti jawabannya bervariatif.
Hal tersebut terjadi pada teman-temanku, termasuk juga aku sendiri yang baru-baru ini harus mengganti penelitian baru, dengan metode baru juga, emmmm..... sedih sudah pasti, tapi ini belum seberapa jika harus diulang saat seminar proposal, sangat down sekali jika terjadi seperti itu, mudah-mudahan tidak terjadi sampai begitu. Aku sudah buat proposal yang sudah hampir selesai, bimbingan ke dosen pembimbing, dengan kurang ini-itulah, yaa... aku rubah menuruti keinginan dosen pembimbing, selang beberapa waktu aku datang lagi dan hasilnya nihil, aku mak]lah harus mengganti penelitian itu dengan saran dari dosen pembimbing menggunakan metode penelitian yang mudah dan peneliti mampu mengerjakannya. Dengan berat hati, terpaksa aku harus mencari masalah penelitian baru, nyari buku ke perpus, nyari referensi dari internet, susah tidur, tapi gak sampai susah makan hehehe.... yaa... untungnya tidak hanya aku saja yang bernasib seperti itu, teman-temanku banyak juga kok,,,, bahkan sampai ada yang belum ngajuin judul sama sekali.
Jika kita patah semangat, hanya gara-gara hal spele seperti itu, kpan kita akan suksesnya, orang sukses juga jatuh berkali-kali, bangkit lagi, bangkit lagi, sampai mereka meraih impian itu dengan kerja kerasnya, intinya kita jangan sampai jatuh pada lubang yang sama, jika terlanjur jatuh, berhati-hatilah jangan sampai terulang kembali jatuh pada jebakan itu... Aku buat enjoy saja, karena jika terlalu dipikirkan malah gak akan berpikir secara positif, mungkin kita akan berperilaku brutal, kecewa, kesal, dan kerjaanya pun akan terabaikan, selama kita masih punya semangat juang yang tinggi, sungguh-sungguh, tetap sabar dan yakin bahwa Tuhan ada bersama kita. Terima kasih buat teman-teman dan sahabatku yang telah memberikan suport untuk memotivasi menjadi lebih baik, saat ini aku akan terus-terus dan terus mencoba sampai berhasil,,,,, bukan begitu teman....
Semangat..... Sekian dulu tulisan ini saya buat, semoga menjadi motivasi buat para pembaca yang sedang, atau akan melakukan penelitian tugas akhir/skripsi, semoga diberi kelancaran. Amiin...